Dari
waktu ke waktu remaja labil ini akan ambil bagian dalam peyiksaan.
Meskipun dia mengakui bahwa ia menyukai Ah Map dan bergaul dengan baik
dengannya, dia menceritakan di pengadilan bagaimana ia ikut memukuli dan
membakar Ah Map dengan yang lain.
Mengapa dia melakukannya? "Yah," katanya di pengadilan, dengan wajah kosong, suaranya tanpa emosi, "Aku melakukannya untuk bersenang-senang Hanya untuk melihat apa rasanya untuk menyakiti seseorang.." Para penyiksanya akan memaksa Ah Map tertawa dan berpura-pura senang sementara dipukuli. "Itu adalah permainan yang mereka mainkan," kata Melody. "Kalau Ah Map tidak berpura-pura senang mereka akan memukulinya lebih keras.. Mereka menyuruhnya tertawa saat dibakar. Saat itu suasana nya menyenangkan." Dapur apartemen yang menjadi gudang senjata seorang penyiksa itu. Mereka masing-masing menemukan kegunaan untuk hampir setiap alat dan sambal. Mereka membakar sedotan dan menekan plastik meleleh menetes di telapak kakinya sampai kulitnya melepuh dan bernanah. Ketika mereka bosan, mereka menyalakan korek dikakinya langsung. Mereka memukuli Ah Map dengan tongkat. Minyak cabe dituangkan pada luka-lukanya. Dia diberi minum minyak. Dia dipukuli dengan pipa air dan batang logam. Para pria akan kencing di wajahnya atau ke dalam mulutnya, memukulinya saat ia gagal menelan urine mereka. Sekali-sekali "untuk tertawa", Melody disuruh buang airbesar di kotak sepatu dan para pria penyiksa itu membuat Ah Map memakannya. Kadang-kadang, ketika tidak ada yang seru di televisi, mereka akan mengikat Ah Map dengan kawat listrik, menggantungnya di langit-langit dan memukulinya dengan besi. Kemudian, setelah bosan, mereka akan meninggalkan dia menggantung di sana semalaman. Menjelang akhir hidup Ah Map, dia hanyut dalam keadaan sadar dan pingsan diatas lantai atau diikat sementara penyiksanya pergi bermain video game. "Dia sudah rusak dan ‘bermain’ dengan-nya tidak begitu menyenangkan lagi," kata Melody. "Tapi kami tetap melakukannya karena tidak ada hal lain untuk dilakukan.." |
|
0 komentar:
Posting Komentar