Review
Film ‘Di Belakang Hotel’
Mata
Kuliah : Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata 1
Oleh
: Eko Kukuh Kustanto/337674
Menurut
saya, film documenter ini membuat saya penasaran akan berapa lama film ini
dikerjakan. Karena filmnya sendiri terkesan terburu-buru, tidak banyak riset
data yang ditampilkan dan kurang konklusif tetapi untuk ukuran film sebagai
bahan diskusi termasuk kategori menarik. Dan uniknya film documenter ini dibuat
sebagai bentuk perwujudan kehidupan sisi lain antara Banyaknya Hotel yang
tumbuh pesat dengan tidak diiringi dengan penjagaan kondisi air tanah yang
membuat keadaan Air Tanah warga sekitar mongering.
Di
sisi lain,film dokumenter ini sangatlah edukatif karena menumbuhkan opini
masyarakat ketika warga yang melakukan protes atas ketidakberdayaan terhadap
kondisi air tanah mereka, yang terus mengecil bahkan cenderung hilang
ketersediaanya maka wajar warga bertanya dan memprotes karena mereka berada di
jalur yang benar.
Miris
apabila dikaitkan dengan kalimat Jogja Istimewa, namun Kondisi air
tanahnya mengalami kekeringan. Mungkin inilah dampak buruk daripada pariwisata
yang proses pengerjaanya tidak bertanggung jawab dan seakan hanya mencari
keuntungan saja.
Sebagai
informasi proses berjamurnya hotel ini sudah mulai merambah Daerah Istimewa
Jogjakarta. Setelah disebutkan beberapa kota lebih dulu mengalami fenomena ini
yaitu Malang, Bali, serta Bandung. Sayangnya proses perijinan pembangunan
sebuah Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat mudah. Ambil saja
contoh Jakarta.
Walaupun
gedung baru banyak yang dibangun dan terus muncul tapi pihak Pemprov DKI
mengadakan siding guna mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan, Salah satunya
adalah system pengairan bangunan pada saat konstruksi. Bukannya saya mendukung
pendirian hotel, tapi alahkah bijaknya apabila banyak hal yang harus
diperhatikan agar kelak tidak lebih parah dari ini.
Tapi
apabila kita lihat dari kedua sisi positif dan negative, hukum rimba tetaplah
berjalan.
0 komentar:
Posting Komentar